Sedulur Papat Limo Pancer Menurut Hindu

Sedulur Papat Limo Pancer Menurut Hindu (Hakekat Diri Manusia)
sedulur papat limo pancer menurut hindu,kanda pat, konsep kanda pat, kanda pat bhuta, kanda pat manusa, kanda pat dewa,
Sedulur Papat Limo Pancer Menurut Hindu merupakan kaweruh pemahaman Hakekat Diri Manusia. 
Untuk lebih memahami Sedulur Papat Limo Pancer Menurut Hindu mari kita bahas agar anda lebih memahami apa itu Hakekat Diri Manusia, sedulur papat limo pancer menurut hindu,kanda pat, konsep kanda pat, kanda pat bhuta, kanda pat manusia, kanda pat dewa, sedulur papat limo pancer dalam pandangan hindu, sedulur papat limo pancer menurut hindu, sedulur papat limo pancer dalam pandangan hindu, sedulur papat limo pancer dalam ajaran hindu.

Hakekat Diri Manusia
Hakekat tersebut dikutip dari mantra Uttpati, Sthiti, Pralina Mantra Uttpati : OM, I Ba Sa Ta A Ya Na Ma Ci Wa, Om Mang Ung Ang Bila kita cermati kandungan makna yang terdapat dalam mantra Uttpati dapat kita jumpai aksara (simbol) yang jumlahnya 10 (sepuluh) yaitu I Ba Sa Ta A Ya Na Ma Ci Wa dan sering disebut dengan Dasaksara. Aksara Ya adalah sebagai penegas makna disatukan dengan aksara I, sehingga jumlah aksara menjadi 9 (sembilan). Angka 9 adalah sebagai simbol dari kesempurnaan. Berawal dari I (Tuhan), ditiupkan Ba (Atma) ke dalam Sa (Prakrti) dibangkitkan dengan energi Matahari (Ta), maka terciptalah A (Brahma) yang berwujud manusia, Ya Na Ma Ci Wa, maksudnya, ya namamu Ciwa. Disini yang dimaksud adalah baru hanya nama, tetapi belum Ciwa. Tri aksaranya berurutan Mang Ung Ang.

Dalam proses penciptaan aksara I (Tuhan Yang Maha Pencipta) memegang peran dalam menciptakan A (Brahma) yaitu salah satu wujudnya manusia. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna setingkat di bawah Dia. Dikatakan sempurna karena manusia diciptakan dalam satu wujud nyata yang terdiri dari sembilan wujud maya. Dikatakan maya karena sukar dilihat dengan mata biasa dan dikenal orang sebagai Dewata Nawa Sanga (sembilan sinarnya Tuhan). Posisi dari Dewata Nawa Sanga tersebut adalah 4 (empat) berada di luar diri manusia dan 5 (lima) lainnya matrap/bersatu didalam badan manusia atau disebut lima pancer. Empat diluar sifatnya menjaga dan menggoda yang wujud fisiknya berupa : air kawah, lamas, darah merah dan ari-ari. Ke-empat unsur ini dalam ajaran kanda pat dikenal dengan nama Anggapati, Mrajapati, Banaspati dan Banaspati Raja. Pemahaman tertinggi di Bali yang sampai sekarang masih dipelajari hanyalah tentang empat unsur manusia yang berada di luar dirinya (kanda pat) yaitu Sa, Ba, Ta. A, sedangkan lima lainnya belum diketemukan ataupun dipelajari/dikaji.

Lima unsur yang berada di dalam diri manusia yang disembunyikan sejak manusia diciptakan oleh Tuhan adalah I, Na, Ma, Ci, Wa. Perwujudannya yang muncul adalah berupa sifat yaitu : Satwam (baik), Kroda (marah), Kama (nafsu birahi), Lobha (serakah), Matsarya (iri hati). Kroda, Kama, Lobha dan Matsarya, adalah merupakan empat musuh utama (Catur Ripu) dari manusia. Ke-lima unsur ini, bersatu dalam satu wujud yaitu PIKIRAN dan berkedudukan di kepala. Bagi umat Hindu di Bali lebih dikenal dengan simbol Omkara sungsang (terbalik). Kenapa disimbolkan terbalik? Karena pikiran yang masih dipengaruhi oleh Panca Idria lebih cenderung untuk bersifat negatip dan merusak sesuai dengan sifat dari Ciwa. Siapakah pikiran itu?

Bhagavadgita Bab X Sloka (22) mengatakan:
”..indriyanam manas cha ‘smi..”
dari semua indria Aku adalah pikiran.

Jadi pikiran itu adalah unsurnya Tuhan. Simbol dari lima pancer dalam upacara caru adalah ayam berumbun, sedangkan empat unsur yang di luar disimbolkan dengan ayam berwarna putih, kuning, merah dan hitam. Dalam cerita Mahabrata lima unsur yang berada didalam manusia disimbolkan oleh 5 orang Panca Pandawa dan empat unsur yang diluar diri manusia disimbolkan oleh empat punakawannya. Maka, manusia janganlah berhenti pada tingkat pengetahuan kanda pat karena belumlah sempurna, berusahalah mencapai tingkat yang lebih tinggi adalah KANDA SEMBILAN yaitu penyatuan sembilan sinar Tuhan di dalam pure yang sejati yaitu diri manusia sendiri.

Mantra Sthiti : OM, Sa Ba Ta A I Na Ma Ci Wa Ya, OM Ang Ung Mang.
Makna yang terkandung dalam mantra sthiti adalah : semoga dalam perjalanan hidupmu kamu

dapat mengalahkan dan mengendalikan musuh-musuh yang ada dalam dirimu (nafsu), sehingga kamu bisa menjadi Ciwa, tidak hanya sekedar nama. Disini aksara Sa (prakrti) diletakkan di depan dan paling berperan dalam membawa A(Brahma/manusia) menuju kepada I (Iswara). Prakrti (Sa) dituntun oleh Roh/Gusti (Ba) dan digerakkan oleh pikiran/kaula (Ta) agar manusia (A) dapat mencapai Iswara (I).Triaksara juga berganti posisi yaitu Ang didepan menggantikan posisi Mang. Sedangkan Ung tetap ditengah sebagai jembatan/antara keduanya dan harus ditemukan lebih dulu oleh Ang (Brahma) barulah dia (manusia) bisa ketemu dengan Mang (Iswara).

Mantra Pralina : OM, A Ta Sa Ba I Ci Wa Na Ma Ya, OM Ung Ang Mang.
Makna yang terkandung dalam mantra ini adalah : kamu (manusia) betul-betul sudah dapat mengalahkan dan mengendalikan dirimu sendiri (nafsu/ego) dan kamu betul-betul sebagai Ciwa kembali kepada Iswara. dalam kembali kepada Iswara. Triaksara juga berganti posisi Ung berada di depan, Ang di tengah dan Mang dibelakang sebagai tujuan akhir. Ketika usia manusia dikatakan tua, kekuatan energinya sudah tinggal sedikit, phisik sudh rapuh, manusia (A) mulai ditinggalkan oleh pikirannya/kesadarannya (Ta), sehingga prakrtinya (Sa) tidak berfungsi lagi dan akhirnya Roh (Ba) ikut dengan pikiran (Ta) menuju Iswara (I). Disini tergantung dari : apabila Ang bisa menemukan Ung, maka A (Brahma/manusia) bisa mencapai I (Iswara), dan manusianya betul-betul disebut Ciwa. Sebaliknya bila Ang tidak bisa menemukan Ung, maka A (Brahma/manusia) tidak bisa mencapai I (Iswara), dan manusianya tidak dapat disebut Ciwa. Maka dari itu, kendalikanlah pikiran karena dia sangat liar bagaikan angin bergerak kesana kesini dan karena pikiran juga menusia mengalami dualisme.

Selanjutnya kita kaji Triaksara yang merupakan simbol dari Trimurti yaitu perwujudan dari Tuhan dalam fungsinya mencipta, memelihara dan memralina. Untuk itu marilah kita hayati bait mantra Pranayama Adhi yang terdapat dalam kitab Weda Parikrama Bab IV halaman 123 hasil tulisan G. Pudja,MA. berbunyi sebagai berikut :

Om Am Atmaya Brahma Murtyai namah (1)
Om Um Antar Atmaya Wisnu Murtyai namah (2)
Om Mam Parama Atmaya Icwara Murtyai namah (3)
Om Um Rah Phat astraya namah sarwa winacaya swaha. (4)

Baris pertama dari matra tersebut menyebut Brahma dan tempatnya di pusar, baris kedua menyebut Wisnu tempatnya di dada, bait ketiga menyebut Icwara tempatnya di kepala, ini disebut Triloka dalam bhuana alit (diri manusia) dan bait keempat menyebut Um Rah Phat sebagai pembersih kotoran/mala yang melekat pada badan.

Betulkah Brahma ada pada pusar? Marilah kita kaji apa yang disebutkan dalam Bhagavadgita Bab XIV sloka (3) :
mama yonir mahad brahma
tasmin garbham dadhamy aham,
sambhavah sarvabhutanam
tato bhavati bharata.

Artinya : kandungan-Ku adalah Brahma Yang Esa, di dalamnya Aku letakkan benih, dan dari
sanalah terlahir semua mahluk, wahai Barata.

Kita ketahui, bahwa dalam badan manusia (laki-aki dan perempuan) adalah benih yang disebut sperma dan sel telor. Bersatunya sperma (kama putih) dengan sel telor (kama bang) terciptalah janin dalam kandungan seorang ibu dan selanjutnya lahir sebagai manusia. Yang menjadi pertanyaan disini adalah, apakah wujud Brahma dalam melakukan hubungan penyatuan antara kama putih dan kama bang? Jawabannya adalah manusia. Selanjutnya, dalam proses memelihara bayi tersebut dari memandikan, menyusui, menimang dan sebagainya dalam arti menjalankan fungsinya Wisnu, wujudnya juga manusia. Demikian juga, ketika manusia melakukan perbuatan seperti : membunuh, merusak, menghancurkan, itulah Ciwa yang wujudnya juga manusia. Ini berarti, bahwa yang mengimplementasikan fungsi Tri Murti adalah manusia. Maka dari itu, sebagai manusia kita harus sadar sesadar-sadarnya, bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di bawah Dia. Manusia lahir dikawal oleh dewata nawa sanga, ini berarti bahwa manusia keberadaanya di atas dewata nawa sanga. Akan tetapi bagi manusia yang tidak menyadari dan tidak mencari diri-Nya di dalam dirinya, maka mereka akan memposisikan diri dibawah dewa, bethara, leluhur dan bahkan bersekutu dengan setan. Itulah manusia yang sangat ditentukan oleh pikirannya (ego).

Pengertian Kanda Pat
Kanda Pat ini dengan pengertian Empat (pat) saudara (kanda) yang diajak lahir (embas) ke dunia ini (mayapada). Dengan melihat perkembangan ajaran Kanda Pat ini, kata kanda sudah kurang relefan lagi diartikan hanya sekedar saudara (sanak) tetapi lebih jauh menjadi pergulatan konsep (mekanda) spiritual, sehingga penafsiran ajaran ini semakin meluas sesuai pemahaman dan pengalaman spiritual yang diperoleh oleh praktisi ajaran kanda pat ini.

Dalam sloka suci yang menjadi konsep dasar kanda pat: dari sekian sloka diatas, dalam ajaran hindu menyelaminya lebih dalam yang kemudian melahirkan konsep ajaran Kanda Pat atau Catur Sanak. secara umum, inti Kosep Dasar Kanda Pat ini adalah "manusa ye, butha ye, dewa ye" (dia itu manusia, sebagai butha dan juga sebagai dewata), sehingga penekanan awal dari konsep kanda pat ada di kanda pat bhuta, kanda pat manusia dan kanda pat dewa.

Kanda  Pat    Tri  Hitakarana   Tri Kona   Tri Guna    Tri  Kaya  Parisudha
- Bhuta :      - Palemahan      - Utpeti    - Tamas    - Perbuatan
- Manusia :    - Pawongan      - Stiti       - Rajas     - Perkataan
- Dewa :       - Parhyangan    - Pralina   - Satwam  - Pikiran
Dengan mempelajari Kanda pat sangat erat hubungannya dengan spiritual, dimana setiap ajaran memiliki makna yang terpendam yang merupakan sumber kekuatannya.

Kanda pat kalau di ajaran Jawa di kenal dengan istilah “ Sedulur Papat Kalima Pancer” Sadulur Papat adalah saudara kita, Pancer adalah kita sendiri . ketika manusia masih berupa janin di dalam perut ibunya, keempat saudara itu nyata. Kasat mata.

Untuk lebih jelas marilah kita simak kutipan kidung berikut ini :
Ana kidung akadang premati, Among tuwuh ing kuwasanira, Nganakaken saciptane, Kakang kawah puniku, Kang rumeksa ing awak mami, Anekaken sedya, Pan kuwasanipun, Adhi ari-ari ika, Kang mayungi ing laku kuwasaneki, Anekaken pangarah, Ponang getih ing rahina wengi angrowangi, Allah kang kuwasa, Andadeaken karsane, Puser kuwasanipun, Nguyu-uyu sambawa mami, Nuruti ing panedha, Kuwasanireku, Jangkep kadang ingsun papat, Kalima pancer wus dadi sawiji, Nunggal sawujudingwang.

Artinya :
Ada sabda tentang saudara kita yg merawat dgn sungguh2. Yang memelihara berdasarkan kekuasaanya. Apa yg dicipta terwujud. Ketuban itu, yg menjaga badan saya. Yang menyampaikan kehendak, dengan kuwasanya. Dinda ari-ari itu, yang memayungi semua tindakan berdasarkan kekuasaanya, yg menyampaikan tujuan. Sedangkan darah siang dan malam membantu Allah yg kuasa. Mewujudkan kehendak-NYA. User kekuasaanya, memerhatikan sungguh-sungguh diriku, memenuhi permintaanku. Maka, lengkaplah empat saudara saya, kelimanya adalah saya sebagai pusat. Sudah menjadi satu. Manunggal dgn wujudnya.

Dari kedua bait kidung di atas, sudah jelas apa itu yang di namakan Kanda Pat. Anak yang pertama tentu saja kakak dari sang janin yaitu Ketuban atau Kawah. Ketika ibu melahirkan yang pertama kali kelur adalah Ketuban. Karena itu disebut saudara tua. Kakang Kawah dia berfungsi sbg penjaga badan sang janin di dalam rahim. Setelah itu, saudara sekandung yg lebih muda adalah Ari-ari, tembuni/plasenta. Pembungkus janin didalam rahim. Ari-ari menjaga tindakan sang bayi didalam perut ibu. Yang menyampaikan tujuan. Begitu bayi lahir, maka Ari-ari ikut keluar. Ia mengantarkan sampai ke tujuan, yaitu lahir dgn selamat disertai pengorbanan dirinya.

Berikutnya adalah Darah. Inipun saudara janin. Tanpa adanya Darah, janin bukan saja tidak bias tumbuh tapi juga akan mengalami keguguran. Darah membantu Tuhan siang dan malam, untuk mewujudkan kehendakNYA ( Tuhan tdk perlu bantuan, ini hanya hakekat) Seolah-olah Darah adalah nyawa sang bayi.

Saudara yang keempat adalah Pusar / Wudel/User/Nabi. Yg dimaksud adalah plasenta/ tali pusar, sedangkan pusar adalah bekas menempelnya tali pusar pada perut. Tali pusarlah yang menghubungkan antara perut bayi dan ari-ari. Ia sebagai alat untuk menyalurkan makanan dari Ibu ke bayi dalam kandungan. Dengan tali pusar itu bayi mendapatkan pasokan makanan dari ibunya. Pusar berfungsi untuk memenuhi permintaan si jabang bayi. Dalam pandangan budaya Jawa, meski beragama apapun, tetap mempercayai bahwa dalam hidup di dunia ini, saudara empat itu tetap menjaga baik semasih dlm kandungan maupun di dunia nyata. Yang kembali ke anasir-anasir bumi, air, udara dan api hanyalah ke empat jasadnya tersebut. Begitu jabang bayi lahir, jasad saudara empat itu kembali ke asalnya. Air ketuban dan darah dibersihkan begitu bayi lahir. Ari-ari dan potongan tali pusar di pendam atau di hanyutkan di sungai. Yang masih adalah si jabang bayi. Sedangkan secara spiritual saudara empat kita masih tetap menjaga kita hingga mati. Perhatikan kutipan Al Quran Surat Al An'am Ayat 61 di bawah ini :
"Dialah yang berkuasa atas semua hambanya. Dan dia mengutus kepada kalian Penjaga-Penjaga untuk melindungimu..."Menurut konsep Jawa, penjaga-penjaga itu adalah saudara gaib kita sendiri! Bukan makhluk lain.  seperti jin atau setan. Yang dalam pandangan agama Hindu di Jawa disebut Dewa atau Bhatara. Bagi konsep Islam atau Nasrani menyebutnya penjaga manusia itu disebut Malaikat. Dari cara pandang secara spiritual itu hakekatnya apapun nama sebutannya adalah penjaga atau pelindung manusia, jadi beda sebutan tapi maknanya itu sama saja.

Mantra Kanda Pat
Dalam keyakinan Hindu, Kanda Pat merupakan saudara yang selalu menemani manusia kemanapun ia pergi. Dalam Lontar Kanda Pat dijelaskan tentang tata cara memangil Kanda Pat agar ikut bersama kita sekaligus memproteksi kita dari mala bahaya yang datang tanpa kita sangka-sangka.
Memanggil kekuatan Kanda Pat dapat dilakukan dengan mengucapakan mantra:
"tabik pukulun adi anggapati, adi prajapati, adi banaspati lan adi banaspati raja, ngiring adi sareng sami masemadi ratu sang hyang agama titiang bakti ring cokor iratu titiang nunas sarengin mangkin titiang jagi.......(diisi sesuai dengan tujuan kita ketika bepergian)"
Ketika kita di bantu oleh seseorang maka sudah menjadi kewajiban untuk mengucapkan terimakasih, begitu pula kehadapan kanda pat yang telah membantu menjaga kita di saat bepergian, maka sepulangnya kita dari bepergian hendaknya menghaturkan oleh-oleh (rarapan/sesaji) di pelinggih catur sanak sebagai ungkapan terima kasih kehadapan sang kanda pat.

Kanda Pat Dalam Diri Manusia
Kanda Pat adalah kekuatan Hyang Widhi yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana. Menurut Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia:
Usia Manusia Kanda 1 Kanda 2 Kanda 3 Kanda 4
Kandapat Rare:
Embrio Karen Bra Angdian Lembana
Kandungan 20 hari Anta Prata Kala Dengen
Kandungan 40 minggu Ari-ari Lamas Getih Yeh-nyom
Lahir, tali pusar putus Mekair Salabir Mokair Selair
Kandapat Bhuta:
Bayi bisa bersuara Anggapati Prajapati Banaspati Banaspatiraja
Kandapat Sari:
14 tahun Sidasakti Sidarasa Maskuina Ajiputrapetak
Bercucu Podgala Kroda Sari Yasren
Kandapat Atma:
Meninggal dunia Suratman Jogormanik Mahakala Dorakala
Kandapat Dewa:
Manunggal (Moksa) Siwa Sadasiwa Paramasiwa Suniasiwa

Bentuk-bentuk kanda pat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih dan yeh-nyom. Setelah mereka dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang kekuatan bathinnya terpelihara.
Bagan di atas dapat juga dibaca terbalik dengan pengertian sebagai berikut:
Hyang Widhi mewujudkan diri menjadi empat manifestasi, kemudian keempatnya itu yaitu:
    1. Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
    2. Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
    3. Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih, dan
    4. Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratman yang dahulu berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). Kandapat ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, kandapat keluar dari tubuh. Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa "pelangkiran" di kamar tidur, tempat bersemayamnya kanda pat ketika kita tidur pulas.

Sebagai tambahan dari penjelasan diatas.
  1. Namanya selalu berubah sesuai dengan pertumbuhan manusia, karena pengaruh Panca Indria kepada Roh/ Atma juga berubah-ubah. Jadi nama yang berubah untuk memberi batasan pada masing-masing tingkat kekuatan pengaruh panca indria sejalan dengan pertumbuhan manusia. Panca Indria dapat menyebabkan keterikatan atman oleh karena itu atman perlu dilindungi. Yang bisa membantu manusia melindungi dirinya dari godaan panca indria adalah Kandapat.
  2. Jika jalinan/ hubungan manusia dengan Kandapat terhambat atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali ("tusing pati rungu") maka perlindungan Kandapat-pun berkurang atau tidak ada. Seperti lagunya Bimbo saja:..........."Engkau dekat, Aku dekat, engkau jauh, Aku jauh"........... begitu kira-kira logikanya. Orang-orang kebathinan biasanya mulai dengan menguatkan Kandapatnya ini dengan cara selalu ingat dan membagi suka/ duka dengannya. Jika sudah dekat, Kandapat bisa jadi guru dan penuntun karena pada hakekatnya Kandapat itu juga Manifestasi Hyang Widhi.
  3. Kandapat adalah manifestasi Brahman (Hyang Widhi) yang Esa; jadi ia akan selalu ada dan selalu sama pada penjelmaan-penjelmaan manusia berikutnya.
Dari berbagai sumber